top of page
Search
  • Writer's pictureWomen In Power

BUDAYA YANG MENGANCAM PEREMPUAN


Sumber Foto : Freepik – Doober

Budaya Patriarki merupakan sebuah peran dimana laki – laki diposisikan sebagai seseorang yang dominan yang memiliki hak tertinggi, kuasa, dari pada perempuan. Dengan adanya kesenjangan yang terjadi diantara laki – laki dan perempuan dapat mempengaruhi berbagai aspek kehidupan para perempuan. Hal tersebut yang menjadikan Budaya Patriarki menjadi faktor utama kekerasan dalam perempuan.

Angka kekerasan terhadap perempuan Indonesia terus meningkat. Komnas Perempuan mencatat bahwa terdapat 431.471 Kasus Kekerasan terhadap perempuan, diantaranya adalah kekerasan dalam rumah tangga (KDRT) dan berpacaran.Hal tersebut disebabkan oleh kontrol yang dimiliki para laki – laki sedangkan para perempuan hanya memiliki pengaruh yang kecil dan suara yang lemah dalam keluarga ataupun hubungan berpacaran.

“Perempuan yang mengalami kekerasan itu kan sebenarnya merupakan korban dari sistem Patriarki” kata Yuniyanti selaku Wakil Ketua Komnas Perempuan (2017).

Dengan berbagai peraturan yang dimiliki oleh para perempuan membatasi segala ruang gerak sehingga para perempuan mendapatkan perbuatan yang tidak menyenangkan, kekerasan, pelecehan bahkan diskriminasi.

Berikut merupakan 3 hal alasan mengapa Budaya Patriarki masih menjamur di Indonesia:


1. Peran Orang Tua

Sampai saat ini, para orang tua secara tidak langsung menerapkan budaya tersebut. Seperti “perempuan cuma boleh jadi ibu rumah tangga”, “kamu harus nurut suami kamu”, “anak gadis tidak boleh bangun siang” “kamu tidak boleh jorok”. Perkataan tersebut adalah hal yang biasanya di lontarkan oleh para orang tua.

Namun, bagaimana jika dengan berbagai kebiasaan buruk yang dimiliki para perempuan mereka juga memiliki prestasi yang tinggi, mereka dapat mengatur waktu antara kerja dan mengurus rumah tangga. Apakah para orang tua masih akan tetap mewariskan budaya Patriarki?


2. Konstruksi Sosial Masyarakat

Apakah kalian dengar bahwa banyak perkataan masyarakat yang membandingkan antara laki – laki dengan perempuan. Seperti “Gak malu apa gaji suami lebih rendah daripada gaji istri?” “istri seharusnya layani suami” dan masih banyak lagi, secara tidak langsung hal tersbut merupakan kewajiban untuk para para laki – laki harus lebih berkuasa dan mendominasi. Sesungguhnya alangkah indahnya jika laki – laki dan perempuan saling membantu, membagi tugas dirumah, atau dalam hubungan yang lain.


3. Peran Media

Tidak sedikit peran media yang menjadikan seorang perempuan dapat terlihat cantik dan menawan karena bantuan para laki laki. Hal ini yang menciptakan pendapat bahwa para perempuan tidak bisa hidup tanpa laki – laki. Mereka membutuhkan para laki – laki untuk tetap terlihat cantik, kulit bersinar ataupun untuk membeli barang – barang mewah. Akan tetapi, apakah kenyataannya seperti itu? Apakah kalian para perempuan tidak bisa mempercantik diri dengan hasil jerih payah mereka sendiri?

Oleh sebab itu sudah sepantasnya kesetaraan antara laki – laki dan perempuan ditegakan. Banyak korban kekerasan ataupun pelecehan yang terjadi akibat ulah laki – laki. Mereka merasa memiliki kuasa penuh dalam kehidupan para perempuan Indonesia.

Penulis : Gita Natasha

Sumber :

Erdianto, K. (2020). Kaum Perempuan di Antara Budaya Patriarki dan Diskriminasi Regulasi. Kompas.Com. from https://nasional.kompas.com/read/2017/03/09/08481931/kaum.perempuan.di.antara.budaya.patriarki.dan.diskriminasi.regulasi?page=all.

Aulia Azliani, F. (2018). 3 Alasan Utama Budaya Patriarki Masih Melekat di Masyarakat. Magfalene. Retrieved 3 July 2020, from https://magdalene.co/story/3-alasan-utama-budaya-patriarki-masih-melekat-di-masyarakat.

0 views0 comments

Comments


Post: Blog2_Post
bottom of page